Oleh: Dr. Ryan Saktika Mulyana
Nyeri haid merupakan keadaan yang normal terjadi pada pasien yang mengalami menstruasi. Namun tak jarang nyeri haid menjadi suatu tanda adanya gangguan pada organ reproduksi wanita, endometriosis salah satunya.
Endometriosis: Sel Endometrium yang Berpindah
Endometriosis merupakan kondisi medis pada wanita yang ditandai dengan tumbuhnya sel endometrium di luar kandung rahim. Kandung rahim dilapisi oleh sel endometrium yang sangat berpengaruh terhadap hormon wanita. Normalnya, sel endometrium rahim akan menebal selama siklus kewanitaan berlangsung agar nantinya siap untuk menerima hasil pembuahan antara sel telur dan sperma. Bila sel telur tidak mengalami pembuahan, maka sel endometrium yang menebal akan meluruh dan keluar sebagai darah menstruasi.
Pada endometriosis, sel endometrium yang semula berada dalam rahim akan berpindah dan tumbuh di luar kandung rahim. Sel ini bisa saja tumbuh dan berpindah ke ovarium, saluran telur (tuba fallopi), belakang rahim, ligamentum uterus bahkan dapat sampai ke usus dan kandung kencing. Sel endometrium ini memiliki respon yang sama seperti sel endometrium pada rahim dan sangat berpengaruh terhadap hormon kewanitaan. Pada saat menstruasi berlangsung, sel-sel endometrium yang berpindah ini akan mengelupas dan menimbulkan perasaan nyeri di sekitar panggul.
Angka Kejadian Endometriosis
Umumnya, penyakit endometriosis muncul pada usia reproduktif. Angka kejadian endometriosis mencapai 5-10% pada wanita umumnya dan lebih dari 50% terjadi pada wanita perimenopause. Gejala endometriosis sangat tergantung pada letak sel endometrium ini berpindah. Yang paling menonjol adalah adanya nyeri pada panggul, sehingga hampir 71-87% kasus didiagnosa akibat keluhan nyeri kronis hebat pada saat haid, dan hanya 38% yang muncul akibat keluhan infertile (mandul). Tetapi ada juga yang melaporkan pernah terjadi pada masa menopause dan bahkan ada yang melaporkan terjadi pada 40% pasien histerektomi (pengangkatan rahim). Beberapa studi juga mengatakan bahwa wanita jepang mempunyai prevalensi yang lebih besar diantara wanita kauskasia. Selain itu juga 10% endometriosis ini dapat muncul pada mereka yang mempunyai riwayat endometriosis di keluarganya.
Perhatikan Tanda dan Gejala
Gejala dari endometriosis ini bervariasi dan tidak bisa diprediksi. Nyeri haid (dismenorea), nyeri pinggang yang kronis, nyeri pada saat berhubungan (dispareunea), kemandulan (infertile) merupakan gejala yang umum terjadi. Banyak spekulasi dari berbagai peneliti mengenai nyeri yang timbul. Pada dasarnya, nyeri pada endometriosis muncul sebagai akibat materi peradangan yang dihasilkan oleh endometriosis yang aktif. Sel endometrium yang berpindah tadi akan terkelupas dan terlokalisir di suatu tempat dan merangsang respon inflamasi dengan melepaskan materi citokin sehingga muncul perasaan nyeri. Selain itu, nyeri juga dapat ditimbulkan akibat sel endemetrium yang berpindah tersebut menyebabkan jaringan parut di tempat perlekatannya dan menimbulkan perlengkatan organ, seperti ovarium, ligamentum ovarium, saluran telur (tuba fallopi), usus, kandung kencing dll. Perlengketan ini akan merusak organ tersebut dan menimbulkan nyeri yang hebat di sekitar panggul.
Endometriosis ditemukan pada 25% wanita infertil (mandul) dan diperkirakan 50% – 60% dari kasus endometriosis akan menjadi infertil (mandul). Endometriosis yang invasiv akan menimbulkan kemandulan akibat berkurangnya fungsi rahim dan adanya pelengketan pada tuba dan ovarium. Namun beberapa teori mengatakan bahwa endometriosis akan menghasilkan prostaglandin dan materi peradangan yang lain yang dapat mengganggu fungsi dari organ reproduksi seperti kontraksi atau spasme. Disebutkan juga pada endometriosis fungsi tuba fallopi dalam melakukan pengambilan sel telur dari ovarium menjadi terganggu. Bahkan dapat merusak epitel dinding rahim dan menyebabkan kegagalan dalam implantasi hasil pembuahan (sehingga pasien dengan endometriosis memiliki riwayat abortus 3 kali lebih besar dari orang normal).
Tingkatan Endometriosis
Secara garis besar endometriosis ini dibagi menjadi empat tingkatan berdasarkan beratnya penyakit,
- Stage 1
Lesi besrsifat superficial, ada perlengketan di permukaan saja - Stage 2
Adanya pelengketan sampai di daerah cul-de-sac - Stage 3
Sama seperti stage 2, namun disertai endometrioma yang kecil pada ovarium dan ada perlengketan juga yang lebih banyak. - Stage 4
Sama seperti stage 3, namun disertai endometrioma yang besar dan perlengketan yang sangat luas.
Mengetahui adanya Endometriosis
Anda perlu berkunjung ke dokter untuk mengetahui adanya penyakit endometriosis ini. Biasanya, dengan wawancara (anamnesis) dan pemeriksaan fisik, endometriosis dapat diketahui. Pada pasien dengan endometriosis, saat dilakukan pemeriksaan fisik, akan ditemukan nodul pada ligamen uterus. Selain itu, nodul juga ditemukan pada uterosacral. Rasa nyeri dialami pasien saat pemeriksaan berlangsung. Pemeriksaan penunjang laindibutuhkan untuk memastikan diagnosa endometriosis, seperti USG (ultrasonografi) dan MRI (magnetic resonance imaging). Pada beberapa kasus endometriosis, pasien mendapatkan hasil negatif dari pemeriksaan penunjang sehingga dibutuhkan pemeriksaan yang lebih akurat. Pemeriksaan yang lebih akurat tersebut yaitu laparoskopi dengan biopsy serta pemeriksaan tumor marker CA-125.
Harus disadari bahwa endometriosis bersifat progresif dan berulang, sehingga pengankatan rahim (histerektomi) dan kedua saluran telur menjadi pilihan yang paling mungkin untuk menghilangkan endemetriosisnya. Namun tindakan ini tidak mungkin dilakukan pada mereka yang masih ingin mempunyai keturunan atau belum menikah. Sehingga pilihan tepat yang dapat dilakukan yaitu menggunakan obat-obatan.
Terapi dapat dilakukan menggunakan:
- Nonsteroidal antiinflammatory drugs (NSAID/obat antiinflamasi nonsteroid).
NSAID tidak hanya mengurangi nyeri, namun dapat mengurangi perdarahan yang terjadi. Pada kasus yang berat, diperkenankan penggunaan morfin. - Progesterone atau progestin
Progesterone dapat “melawan” aktivitas estrogen dan mencegah terjadinya penebalan pada endometrium. Progestin merupakan zat kimia turunan progesterone. - Menghindari segala bentuk bahan yang bersifat estrogenik.
- Kontrasepsi oral
Terapi kontrasepsi oral dapat mengurangi nyeri yang berhubungan dengan endometriosis. Kontrasepsi oral akan menekan LH dan FSH untuk mencegah terjadinya ovulasi sehingga endometrium tidak menebal. Kontrasepsi oral (Pil KB) dapat menekan keluhan nyeri hingga 75% pada penderita endometriosis. - Pil KB ini dapat diminum secara kontinyu atau sesuai siklus menstruasi dan dapat dihentikan setelah 6 sampai 12 siklus.
- Efek samping yang mungkin muncul adalah nyeri kepala, mual dan hipertensi.
- Pil ini diminum sesuai dengan aturan, dengan tidak meminum pil placebonya.
- Danazole (steroid) yang bekerja dengan menciptakan suasana androgenik, dapat menekan pertumbuhan endometriosis. Namun ada efek samping yang muncul seperti hirsutisme (pertumbuhan rambut berlebih pada wanita dengan distribusi seperti laki-laki), acne, dll.
- Lupron (GnRH agonis) bekerja dengan meningkatkan kadar GnRH di darah, seingga kadar LH dan FSH turun, namun efek samping yang mungkin muncul adalah munculnya osteoporosis. Dapat digunakan hanya 6 bulan saja. Dosis yang diberikan 11,25 mg untuk 3 bulan, kemudian dilanjutkan sebukan sekali selama 6 bulan 3,75 mg.
- Aromatase inhibitor merupakan pengobatan yang memblok peroduksi dari estrogen.
Pengobatan dengan pembedahan dibagi menjadi 3 kelompok
- Pembedahan konservatif, dilakukan jika organ reproduksi masih diperlukan, tindakan ini dilakukan dengan jalan mengeksisi, mengangkat jaringan endometriosisnya saja, dan menjaga organ panggul tetap dalam keadaan baik.
- Semi konservatif , jika fungsi ovarium masih dibutuhkan.
- Pembedahan radikal, jika rahim indung telur dan ovarium diangkat total, ini dilakukan pada pasien yang mengalami nyeri hebat dan sudah resisten dengan medikamentosa (obat-obatan), serta sudah tidak menginginkan keturunan lagi. Tetapi tindakan radikal ini juga tidak menjamin pasien akan terbebas dari masalah nyeri.
Faktor yang menentukan kesembuhan penyakit ini sangat bergantung dari pasien. Hal ini dikarenakan belum ada penanganan yang benar-benar dapat membebaskan pasien endometriosis dari nyeri yang hebat. Perlu diingat, penanganan dengan melakukan operasi awal laparoskopi sangat diperlukan untuk menentukan tingkat keparahan endometriosis sehingga dapat dijadikan acuan dalam pemberian terapi. Adanya keinginan pasien untuk terbebas dari nyeri dan keinginannya memiliki keturunan memerlukan pertimbangan bagi dokter dalam memilih terapi pada pasien.
Angka kekambuhan endometriosis ini sangat besar yaitu 5-20%, bahkan mencapai 40%, kecuali dilakukan histerektomi pada pasien atau pasien sudah memasuki masa menopause. Endometriosis ini jarang menjadi ganas dan tidak ada hubungannya dengan kanker endometrial. Kurang dari 50 kasus keganasan ovarium muncul dari kasus endometriosis dan kebanyakan dari kasus ini telah menjadi adenoakantomas. So, jangan sepelekan nyeri haid bila tanda endometriosis telah anda rasakan. (rsm)
http://medicastore.com/artikel/272/Endometriosis_Jangan_sepelekan_Nyeri_Haid.html