Di antara rahmat Allah yang sangat agung kepada manusia, dijadikannya syari’at Islam ini sebagai syari’at yang penuh dengan rahmat, kemurahan, dan kemudahan. Dan hal ini nampak jelas pada seluruh aturannya dan mewarnai prinsip-prinsip dasar dan cabang-cabang tuntunannya. Sepanjang perjalanan kehidupan manusia, Islam dikenal dengan sifat rahmat ini, dan Islam tetap akan menjadi rahmat bagi manusia pada segala keadaan, di setiap waktu dan tempat.
Allah Jalla wa ‘Alâ menurunkan Al Qur`ân sebagai rahmat dan obat bagi orang-orang yang beriman, sebagaimana dalam firman-Nya,
“Dan Kami turunkan dari Al-Qur`an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur`an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS Al Isrô`: 82)
Dan Allah Ta’âlâ berfirman,
“Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur`an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS An Nahl: 89)
Dan Allah ‘Azza wa Jalla berfirman tentang Nabi-Nya,
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS Al-Anbiyâ`: 107)
“Thaahaa. Kami tidak menurunkan Al-Qur`an ini kepadamu agar kamu menjadi susah; tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah).” (QS Thôhâ: 1-3)
Dan Rabbul ‘Izzah telah menjadikan syari’at Islam ini sebagai syari’at yang penuh dengan kemudahan dan kemurahan. Allah berfirman,
“Allah tidak hendak menyulitkan kalian, tetapi Dia hendak membersihkan kalian dan menyempurnakan nikmat-Nya bagi kalian, supaya kalian bersyukur.” (QS Al Mâ`idah: 6)
“(Allah) sekali-kali tidak menjadikan untuk kalian dalam agama suatu kesempitan.” (QS Al Hajj: 78)
“Allah menghendaki kemudahan bagi kalian, dan tidak menghendaki kesukaran bagi kalian.” (QS Al Baqarah: 185)
“Maka sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur`an itu dengan bahasamu, agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Al-Qur`an itu kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang.” (QS Maryam: 97)
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur`an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (QS Al Qomar : 17, 22, 32, 40)
“Dan Kami akan memberi kamu taufik kepada jalan yang mudah.” (QS Al A’lâ: 8)
Dan Rasulullâh shollallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الدِّيْنَ يُسْرٌ وَلَنْ يُشَادَّ الدِّيْنَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ
“Agama adalah mudah dan tidak seorang pun ekstrim dalam beragama kecuali akan terkalahkan.” (Riwayat Al Bukhari no. 39 dan An Nasa`i 8/121-122 dari hadits Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu)
Dan Rasulullâh shollallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wa sallam memerintah umatnya untuk menerapkan prinsip Islam yang mulia ini dalam kehidupan dan dakwah mereka, sebagaimana dalam sabda beliau,
يَسِّرُوْا وَلاَ تُعَسِّرُوْا وَبَشِّرُوْا وَلاَ تُنَفِّرُوْا
“Permudahlah dan jangan kalian mempersulit, berilah kabar gembira dan jangan kalian membuat orang lari.” (Hadits Anas bin Mâlik radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al Bukhâri no. 69, 6125 dan Muslim no. 1734. Dan semakna dengannya hadits Abu Musa Al Asy’ari radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al Bukhâry no. 6124 dan Muslim no. 1732-1733)
[Sumber: Buku “Meraih Kemuliaan Melalui Jihad… Bukan Kenistaan” karya Al Ustadz Dzulqarnain bin Muhammad Sunusi, Penerbit Pustaka As Sunnah Makassar, cetakan ke-1, Agustus 2006, hlm. 37-40]