Bism Allah ar Rahmaan ar Rahiim,
Siang itu aku singgah di rumah Ummu Ibrahim. Ya...Ummu Ibrahim di postingan sebelah...Aku duduk di ruang keluarga dimana terdapat 2 buah sofa dan terbentang karpet di tengahnya. Di atas sofa bertumpuk baju-baju anak yang sudah kering. Di karpet terdapat beberapa tumpukan baju anak-anak pula, teta...pi sudah terlipat rapi dan dikelompokkan sesuai jenisnya. Celana dengan celana, baju tidur dengan baju tidur, baju bepergian dengan baju bepergian, dst. Rapi sekali.
Ummu Ibrahim datang dengan segelas jus mangga dan beberapa keping kue kering. Aku bertanya padanya:
"Banyak sekali cucianmu. Apakah kamu tiap hari mencuci sebanyak ini?"
"Oh tidak, saya mencuci hanya 2 kali dalam seminggu."
"Pasti repot melipat sebegitu banyak baju anak-anak." dengan ringan Rania menjawab
"Oh...ini semua hasil kerja Ibrahim. Ia yang melipatkan baju kami semua. Saya tinggal memasukkan baju-baju itu ke lemari pakaian" Aku terhenyak. Ibrahim anak laki-laki usia 8 tahun itu?
Memandang Ibrahim akan membuat setiap ibu jatuh hati. Ibrahim sangat tampan. Layaknya anak laki-laki seusianya, ia juga senang bermain sepeda, bola sepak dan menggoda adiknya. Tetapi Ibrahim memiliki kepatuhan seorang anak yang jarang dimiliki anak-anak lain seusianya, apalagi yang berasal dari keluarga berada seperti keluarganya.
Ibrahim menjaga adik-adiknya. Ia juga melakukan apa saja yang diperintahkan orang tuanya, nenek dan kakeknya atau siapa pun yang lebih tua darinya. Ia mengerjakan sebagian pekerjaan rumah tangga untuk membantu ibunya, termasuk melayani tamu. Ia rajin menghafal ayat-ayat al-Qur'an dan hadith. Ia resah jika belum berada di masjid ketika muadzin mengumandangkan iqamah. I sangat santun dan ramah. Bahasanya lembut dan tertata rapi. Senyum selalu tersungging di bibirnya dan salam selalu terucap kepada siapa saja yang ia temui. Tak ada televisi atau play station di rumahnya tak membuatnya murung. Ia punya segudang kegiatan lain yang lebih penting daripada bercokol di depan televisi atau bermain play station.
"Ma'af mama, bisakah mama menggantikan aku memangku adik sebentar saja? Aku ingin minum..." Ibrahim membuyarkan lamunanku dengan bahasanya yang sangat halus. Sedari tadi ia sibuk menghibur adiknya yang masih bayi agar ibu bisa menyiapkan makan siang.
Ibrahim oh Ibrahim....semoga Allah melindungimu dari kotornya dunia, menguatkan imanmu, menjagamu agar tetap berada di jalanNya, memberimu jodoh yang shalihah. Amin.
Sumber: Kisah Nyata Seorang Teman yang Tidak Ingin Disebutkan Namanya. Semoga Alloh memberkahinya dan keluarganya. Aamiiiin
Siang itu aku singgah di rumah Ummu Ibrahim. Ya...Ummu Ibrahim di postingan sebelah...Aku duduk di ruang keluarga dimana terdapat 2 buah sofa dan terbentang karpet di tengahnya. Di atas sofa bertumpuk baju-baju anak yang sudah kering. Di karpet terdapat beberapa tumpukan baju anak-anak pula, teta...pi sudah terlipat rapi dan dikelompokkan sesuai jenisnya. Celana dengan celana, baju tidur dengan baju tidur, baju bepergian dengan baju bepergian, dst. Rapi sekali.
Ummu Ibrahim datang dengan segelas jus mangga dan beberapa keping kue kering. Aku bertanya padanya:
"Banyak sekali cucianmu. Apakah kamu tiap hari mencuci sebanyak ini?"
"Oh tidak, saya mencuci hanya 2 kali dalam seminggu."
"Pasti repot melipat sebegitu banyak baju anak-anak." dengan ringan Rania menjawab
"Oh...ini semua hasil kerja Ibrahim. Ia yang melipatkan baju kami semua. Saya tinggal memasukkan baju-baju itu ke lemari pakaian" Aku terhenyak. Ibrahim anak laki-laki usia 8 tahun itu?
Memandang Ibrahim akan membuat setiap ibu jatuh hati. Ibrahim sangat tampan. Layaknya anak laki-laki seusianya, ia juga senang bermain sepeda, bola sepak dan menggoda adiknya. Tetapi Ibrahim memiliki kepatuhan seorang anak yang jarang dimiliki anak-anak lain seusianya, apalagi yang berasal dari keluarga berada seperti keluarganya.
Ibrahim menjaga adik-adiknya. Ia juga melakukan apa saja yang diperintahkan orang tuanya, nenek dan kakeknya atau siapa pun yang lebih tua darinya. Ia mengerjakan sebagian pekerjaan rumah tangga untuk membantu ibunya, termasuk melayani tamu. Ia rajin menghafal ayat-ayat al-Qur'an dan hadith. Ia resah jika belum berada di masjid ketika muadzin mengumandangkan iqamah. I sangat santun dan ramah. Bahasanya lembut dan tertata rapi. Senyum selalu tersungging di bibirnya dan salam selalu terucap kepada siapa saja yang ia temui. Tak ada televisi atau play station di rumahnya tak membuatnya murung. Ia punya segudang kegiatan lain yang lebih penting daripada bercokol di depan televisi atau bermain play station.
"Ma'af mama, bisakah mama menggantikan aku memangku adik sebentar saja? Aku ingin minum..." Ibrahim membuyarkan lamunanku dengan bahasanya yang sangat halus. Sedari tadi ia sibuk menghibur adiknya yang masih bayi agar ibu bisa menyiapkan makan siang.
Ibrahim oh Ibrahim....semoga Allah melindungimu dari kotornya dunia, menguatkan imanmu, menjagamu agar tetap berada di jalanNya, memberimu jodoh yang shalihah. Amin.
Sumber: Kisah Nyata Seorang Teman yang Tidak Ingin Disebutkan Namanya. Semoga Alloh memberkahinya dan keluarganya. Aamiiiin