Bism Allah ar Rahman ar Rahiim
Ketika membaca catatan seorang mantan reporter perempuan yg digusur dari salah satu stasiun televisi kenamaan di tanah air, saya tersentuh dengan kalimat yang ia tulis :"Hijab, tidak membuat otak perempuan yang memakainya lantas menciut."Sudah lama saya ingin menulis tentang perempuan yang satu ini. Sosok yang sangat pas dengan kalimat di atas. Tidak mudah merangkai kata-kata untuk menggambarkan betapa istimewa perempuan ini untuk ukuran jaman sekarang. Terlalu banyak sisi yang ingin saya ceritakan tentang dia, terlalu sedikit ruang untuk menulis. Pernah saya menulis tentang dia, tapi dalam konteks yang berbeda. Kali ini, saya ingin menulis tentang Ummu Tarik dalam konteks perempuan ber"otak" yang setelah melewati perjalanan panjang akhirnya memilih memanfaatkan karunia Allah paling berharga itu untuk keluarganya. Suami, anak, cucu, kerabat, sahabat.
Ummu Tarik lahir di sebuah keluarga nasrani yang sangat taat di California. Layaknya anak-anak negara adi daya lainnya, ia tumbuh dan berkembang di tengah hiruk pikuk eforia "pembebasan" kaum muda di jamannya. Adalah karunia Allah bahwa ia dipertemukan dengan lelaki Arab yang kemudian membentuk dan memoles kualitas permata dalam dirinya menjadi sekeping perhiasan yang kilaunya tak lekang ditelan usia.
Duduk bersama Ummu Tarik adalah kenikmatan tiada tara merangkai keping demi keping perjalanan hidup seorang perempuan menjadi sebuah potret kehidupan yang cantik.
Mulai dari menanggalkan kenasraniannya demi keyakinan terhadap kepemimpinan pasangan yang Allah pilihkan untuknya. Meninggalkan negara dan keluarganya demi mematuhi lelaki yang dicintainya. Meninggalkan karir gemilang di sebuah perusahaan farmasi kelas dunia dengan nominal gaji yang membuat lidah orang (bahkan kaum lelaki pun) terjulur yang susah payah diraihnya setelah melalui jenjang pendidikan di bidang ekonomi di perguruan tinggi pilihan di negaranya. Meninggalkan kebiasaan berhias untuk menyenangkan diri dan orang lain menjadi sosok yang bahkan matanya pun tak bisa sembarang orang memandang. Mengikat ego perempuannya erat-erat dengan memilihkan seorang perempuan untuk diperistri suaminya dan memperlakukan perempuan itu dengan sebaik-baik perlakuan.
Hari-harinya adalah hari-hari untuk Allah. Melayani semua kebutuhan suami mulai mata terbuka hingga kantuk menjemput. Memasak makanan-makanan lezat, membersihkan rumah (tak ada debu di rumahnya), mencuci, tampil cantik dan harum untuk menyambut suami tercintanya, menekuni kajian demi kajian, memperluas ilmu di berbagai bidang ~ agama, ekonomi, kesehatan, politik, semua, ia adalah lawan diskusi yang tangguh untuk siapa saja dan di sinilah letak bukti nyata bahwa hijab sama sekali tidak identik dengan bodoh ~ membantu tugas kantor suami dan anak-anak, membantu cucu-cucu memahami pelajaran di sekolah...menutup hari dengan do'a....ibadah...ibadah...ibadah...
Sejak berkenalan dengannya, jika ada orang bertanya, masih adakah perempuan berotak brilian baik-baik di jaman ini, dengan senang hati saya menjawab : ADA.
Karena saya ~ dengan ijin Allah yang Maha Pengasih ~ mengenal salah satu di antara mereka.
Sumber: Kisah Nyata Seorang Teman yang Tidak Ingin Disebutkan Namanya. Semoga Alloh memberkahinya dan keluarganya. Aamiiiin
Ketika membaca catatan seorang mantan reporter perempuan yg digusur dari salah satu stasiun televisi kenamaan di tanah air, saya tersentuh dengan kalimat yang ia tulis :"Hijab, tidak membuat otak perempuan yang memakainya lantas menciut."Sudah lama saya ingin menulis tentang perempuan yang satu ini. Sosok yang sangat pas dengan kalimat di atas. Tidak mudah merangkai kata-kata untuk menggambarkan betapa istimewa perempuan ini untuk ukuran jaman sekarang. Terlalu banyak sisi yang ingin saya ceritakan tentang dia, terlalu sedikit ruang untuk menulis. Pernah saya menulis tentang dia, tapi dalam konteks yang berbeda. Kali ini, saya ingin menulis tentang Ummu Tarik dalam konteks perempuan ber"otak" yang setelah melewati perjalanan panjang akhirnya memilih memanfaatkan karunia Allah paling berharga itu untuk keluarganya. Suami, anak, cucu, kerabat, sahabat.
Ummu Tarik lahir di sebuah keluarga nasrani yang sangat taat di California. Layaknya anak-anak negara adi daya lainnya, ia tumbuh dan berkembang di tengah hiruk pikuk eforia "pembebasan" kaum muda di jamannya. Adalah karunia Allah bahwa ia dipertemukan dengan lelaki Arab yang kemudian membentuk dan memoles kualitas permata dalam dirinya menjadi sekeping perhiasan yang kilaunya tak lekang ditelan usia.
Duduk bersama Ummu Tarik adalah kenikmatan tiada tara merangkai keping demi keping perjalanan hidup seorang perempuan menjadi sebuah potret kehidupan yang cantik.
Mulai dari menanggalkan kenasraniannya demi keyakinan terhadap kepemimpinan pasangan yang Allah pilihkan untuknya. Meninggalkan negara dan keluarganya demi mematuhi lelaki yang dicintainya. Meninggalkan karir gemilang di sebuah perusahaan farmasi kelas dunia dengan nominal gaji yang membuat lidah orang (bahkan kaum lelaki pun) terjulur yang susah payah diraihnya setelah melalui jenjang pendidikan di bidang ekonomi di perguruan tinggi pilihan di negaranya. Meninggalkan kebiasaan berhias untuk menyenangkan diri dan orang lain menjadi sosok yang bahkan matanya pun tak bisa sembarang orang memandang. Mengikat ego perempuannya erat-erat dengan memilihkan seorang perempuan untuk diperistri suaminya dan memperlakukan perempuan itu dengan sebaik-baik perlakuan.
Hari-harinya adalah hari-hari untuk Allah. Melayani semua kebutuhan suami mulai mata terbuka hingga kantuk menjemput. Memasak makanan-makanan lezat, membersihkan rumah (tak ada debu di rumahnya), mencuci, tampil cantik dan harum untuk menyambut suami tercintanya, menekuni kajian demi kajian, memperluas ilmu di berbagai bidang ~ agama, ekonomi, kesehatan, politik, semua, ia adalah lawan diskusi yang tangguh untuk siapa saja dan di sinilah letak bukti nyata bahwa hijab sama sekali tidak identik dengan bodoh ~ membantu tugas kantor suami dan anak-anak, membantu cucu-cucu memahami pelajaran di sekolah...menutup hari dengan do'a....ibadah...ibadah...ibadah...
Sejak berkenalan dengannya, jika ada orang bertanya, masih adakah perempuan berotak brilian baik-baik di jaman ini, dengan senang hati saya menjawab : ADA.
Karena saya ~ dengan ijin Allah yang Maha Pengasih ~ mengenal salah satu di antara mereka.
Sumber: Kisah Nyata Seorang Teman yang Tidak Ingin Disebutkan Namanya. Semoga Alloh memberkahinya dan keluarganya. Aamiiiin